CHAPTER 8: MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER
Subchapter 8.3: Demultiplexer dan Decoders
Demultiplexer (DEMUX)
Sebuah Demultiplexer, sering disingkat DEMUX, adalah rangkaian logika kombinasional yang berfungsi sebagai "distributor" data. Rangkaian ini memiliki satu jalur input data, n
jalur input pemilih (select lines), dan 2^n
jalur output.
Sebagai contoh,
DEMUX 1-ke-4 yang ditunjukkan pada Gambar 8.18(a) memiliki satu jalur input, dua jalur pemilih (A dan B), dan empat jalur output (D0 hingga D3).
Saat A=0 dan B=0, hanya output
D0 yang akan bernilai '1'.
Saat A=0 dan B=1, hanya output
D1 yang akan bernilai '1'.
Dan seterusnya untuk kombinasi lainnya
Decoder
Decoder adalah rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk "menerjemahkan" atau "mendekode" informasi. Ia menerima n
jalur input dan menghasilkan hingga 2^n
jalur output yang unik.
Cara Kerja Decoder
Untuk memahami cara kerjanya, perhatikan
decoder 3-ke-8 pada Gambar 8.20.
D0 aktif saat ABC=000, merepresentasikan minterm ABC.
D1 aktif saat ABC=001, merepresentasikan minterm ABC.
Dan seterusnya hingga D7 yang merepresentasikan minterm ABC.
Aplikasi dan Implementasi Decoder
Decoder memiliki berbagai aplikasi praktis dalam sistem digital, terutama dalam implementasi fungsi logika dan pembuatan rangkaian yang lebih kompleks.
1. Implementasi Fungsi Boolean
Decoder sangat berguna untuk mengimplementasikan fungsi Boolean secara langsung dari bentuk Sum of Products (penjumlahan minterm).
Sebagai contoh (Example 8.6), untuk mengimplementasikan rangkaian Full Adder, kita perlu dua fungsi:
SUM = Σ(1,2,4,7)
CARRY () = Σ(3,5,6,7)
Implementasinya menggunakan decoder 3-ke-8 seperti pada Gambar 8.22
Untuk output SUM: Output decoder nomor 1, 2, 4, dan 7 dihubungkan ke input sebuah gerbang OR.
Untuk output CARRY: Output decoder nomor 3, 5, 6, dan 7 dihubungkan ke input gerbang OR yang lain.
Teknik Optimasi: Jika sebuah fungsi memiliki jumlah minterm yang banyak (lebih dari setengah total kemungkinan, atau >2n−1), akan lebih efisien untuk mengimplementasikan fungsi komplemennya (F) yang memiliki lebih sedikit minterm, lalu hasilnya dihubungkan ke gerbang NOR.
2. Cascading Decoder (Membuat Decoder Lebih Besar)
Seringkali kita membutuhkan decoder yang lebih besar dari yang tersedia dalam satu IC. Untuk mengatasi ini, beberapa decoder kecil dapat dihubungkan secara berjenjang (cascade) untuk membentuk decoder yang lebih besar.
Contohnya (Example 8.8) adalah membuat decoder 4-ke-16 dari dua buah decoder 3-ke-8 (lihat Gambar 8.24). Langkah-langkahnya adalah:
Hubungkan Input Data: Tiga bit input yang kurang signifikan (A, B, C) dari input 4-bit dihubungkan secara paralel ke input kedua decoder 3-ke-8.
Gunakan Input Sisa sebagai Enable: Bit input yang paling signifikan (D) digunakan untuk mengontrol pin ENABLE pada kedua decoder. Bit D dihubungkan ke pin ENABLE salah satu decoder, dan D (melalui gerbang NOT/inverter) dihubungkan ke pin ENABLE decoder lainnya.
Hasil: Dengan cara ini, saat D=0, decoder pertama aktif dan menghasilkan output D0 hingga D7. Saat D=1, decoder kedua aktif dan menghasilkan output D8 hingga D15.
Contoh IC Praktis: 74154
Dokumen ini juga memberikan contoh IC decoder di dunia nyata, yaitu
IC 74154, sebuah decoder/demultiplexer 4-ke-16.
Output Aktif-Rendah (Active LOW): Output yang terpilih akan berlogika LOW (0), sementara output lainnya akan HIGH (1).
Enable Aktif-Rendah (Active LOW): Memiliki dua input ENABLE, G1 dan G2. Keduanya harus diberi logika LOW agar decoder dapat berfungsi.
IC ini juga dapat digunakan sebagai demultiplexer 1-ke-16. Caranya (Example 8.10) adalah dengan menghubungkan kedua input ENABLE bersamaan dan memberikan sinyal data yang ingin didistribusikan ke titik tersebut. Sementara itu, input A, B, C, dan D digunakan untuk memilih ke jalur output mana sinyal data tersebut akan disalurkan.
Pilihan Ganda
e. Menggunakan gerbang AND untuk menggabungkan semua 16 output dari kedua decoder.
Komentar
Posting Komentar